Penyebaran corona virus disease 2019 (COVID-19) yang dinyatakan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020 semakin mengkhawatirkan, di Indonesia semakin hari jumlah penderita dan korban jiwa terus bertambah, disisi lain program lock down yang dicanangkan pemerintah sebagai upaya memutus penyebaran virus ini belum bisa menjangkau semua komponen masyarakat, masih banyak pihak yang bertugas dan harus melakukan aktivitas, seperti pihak yang berada di garda terdepan dalam pemutusan rantai penyebaran yaitu tenaga medis dan pihak yang menjalankan pelayanan umum seperti petugas keamanan, bank, pasar, jasa angkutan umum, dan lain-lain.

 

Salah satu metoda memutus penyebaran virus dari pasien atau carrier kepada orang lain adalah dengan penggunaan hand sanitizer yang memiliki kemampuan untuk membunuh virus, tetapi karena kebutuhan pasar yang melonjak tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah carrier COVID-19 menyebabkan hand sanitizer sulit ditemukan di pasaran. Kebutuhan hand sanitizer saat ini tidak bisa mengandalkan produk dari industri yang selama ini beredar, diperlukan produksi tambahan oleh isntitusi yang memiliki kompetensi untuk mendapatkan produk yang baik. Kondisi inilah yang mendorong Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) untuk memproduksi hand sanitizer.

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia sebagai institusi pendidikan tinggi kesehatan di bidang farmasi yang memiliki kompetensi keilmuan dan sumberdaya manusia dalam bidang teknologi formulasi sediaan farmasi memproduksi hand sanitizer untuk didistribusikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Dalam kerangka pengabdian kepada masyarakat program pembuatan dan distribusi hand sanitzer dilaksanakan mulai dari tanggal 16 Maret 2020 oleh dosen, asisten laboratorium, laboran, dan tenaga kependidikan.

Produk dibuat dalam 2 bentuk sediaan yaitu cairan dan gel. Sampai dengan berita ini dirilis total produksi yang sudah dihasilkan untuk sediaan cair berdasarkan kemasan adalah : kemasan 60 ml sebanyak 1990 botol ; kemasan 250 ml sebanyak 50 botol ; kemasan 1 liter sebanyak 371 jerigen ; dan kemasan 4 liter sebanyak 262 jerigen. Sedangkan sedian gel dalam kelasan 4 liter sebanyak 10 jerigen. Secara volume total produksi sediaan cair sebanyak 1.55o,9 liter dan sedian gel sebanyak 40 liter. Jumlah ini masih akat terus bertambah karena produksi masih terus berlangsung.

Prioritas distribusi hand sanitizer dari program ini adalah masyarakat, tempat ibadah dan perusahaan sekitar kampus, serta dinas pelayanan publik di wilayah kota dan kabupaten Bandung, namun dalam perjalanannya banyak instansi lain dari pemerintahan ataupun swasta yang kekurangan stok dan minta untuk dibuatkan, sehingga program pembuatan dan distribusi yang awalnya secara pendanaan sepenuhnya ditanggung STFI, selanjutnya untuk beberapa instansi menanggung biaya bahan baku dan biaya produksi. Melalui skema ini jumlah produk dan jumlah instansi yang mendapatkan hand sanitizer berkembang menjadi cukup besar.

Selama program berjalan, beberapa hal yang menjadi temuan dan bahan evaluasi diantaranya kebutuhan hand sanitizer di masyarakat masih sangat tinggi bahkan untuk instansi pemerintahan seperti dinas kesehatan, dinas sosial, rumah sakit, dan aparat keamanan (polisi, TNI, SATPOL PP) hal ini dapat dipahami karena penggunaan yang terus menerus berbanding terbalik dengan pasokan yang terbatas. Instansi-instansi swasta yang masih melakukan pelayanan seperti bank juga membutuhkan pasokan dalam jumlah yang besar. Untuk memenuhi permintaan dari instansi terdapat kendala yaitu ketersediaan bahan baku dan ketersediaan kemasan terutama botol, sehingga sebagian besar kemasan dalam bentuk jerigen.

Hand sanitizer produksi STFI sejauh ini sudah didistribusikan kepada Dinas Kesehatan Kota Bandung, Dinas Kesehatan Kabupatan Bandung, Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, Bidang Kesehatan dan Kedokteran (BIDOKES) Polda Jabar, KODAM III Siliwangi, SATPOL PP Jawa Barat, rumah sakit dan puskesmas, Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Indonesia (PERHATI-KL), PLN pusat Bandung, pondok pesantren, tempat peribadahan (mesjid dan gereja), sekolah, bank Mandiri, BCA Syariah, Bank BTN, PT SKR, Praktek bidan, dan masyarakat sekitar kampus

Apa yang STFI lakukan merupakan langkah kecil dalam memutus penyebaran COVID-19 khususnya di Jawa Barat, namun sekecil apapun upaya yang dilakukan bila dilakukan secara bersama dan terus menerus, kami yakin virus ini akan segera hilang dari tanah nusantara.

Berikut dokumentasi distribusi :

Dinas Sosial Provinsi

Dinas Kesehatan Kota Bandung

SATPOL PP Jawa Barat

     

Bank Mandiri

BCA syariah

Bidokes Polda Jabar

     

Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Indonesia (PERHATI-KL)

RS Pindad

RS Bhayangkara Cianjur

     

Ponpes Al Itifaq Ciwidey

Masjid

Gereja

     

PLN Supratman

PT SKR

Praktek Bidan Erni Setianingsih Garut

 

Dinas Kesehatan Kab Bandung

KODAM III Siliwangi

   

Masjid sekitar kampus

RA, MI dan Masjid Attaqwa

   

Puskesmas Majalaya

RS Al Ikhsan

 

Humas Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Website : www.stfi.ac.id

facebook : sekolah tinggi farmasi indonesia

instagram : @stfi_ig

youtube : sekolah tinggi farmasi indonesia

#stfibandung

#sekolahtinggifarmasiindonesia

#kerjaberdampak

#pengabdiankepadamasyarakat